KEJANG PADA ANAK
Definisi
Kejang adalah manifestasi klinis
khas yang berlangsung secara intermitten dapat berupa gangguan kesadaran,
tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh
lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. Keadaan tersebut adalah
keadaan darurat. Kejang dapat bersifat sederhana dan berhenti sendiri atau
memerlukan pengobatan. Namun, tidak jarang kejang berlangsung lebih dari 30
menit dan cenderung menjadi status epileptikus.
Status
epileptikus sendiri adalah kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atau kejang
berulang lebih dari 30 menit tanpa disertai pemulihan kesadaran. Peningkatan
aktivitas neuron pada saat kejang diduga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
- Kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan muatan listrik yang berlebihan.
- Berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama amino butirat (GABA).
- Meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang
Etiologi
Hal pertama yang harus dikuasai saat
menghadapi anak kejang adalah
memastikan apakah keadaan tersebut adalah kejang atau bukan. Kemudian melakukan
identifikasi kemungkinan penyebab kejang Adapaun beberapa penyebab kejang
adalah sebagai berikut:
- Kejang demam
- Infeksi: meningitis, ensefalitis
- Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia,
- Hipokalsemia, gangguan elektrolit, defisiensi piridoksin, gagal ginjal, gagal hati, gangguan metabolik bawaan
- Trauma kepala
- Keracunan: alkohol, teofilin
- Penghentian obat anti epilepsi
- Lain-lain: enselopati hipertensi, tumor otak, perdarahan intrakranial, idiopatik
Patofisiologi
Patofisiologi kejang pada
tingkat seluler berhubungan dengan terjadinya paroxysmal depolarization shift
(PDS) yait depolarisasi potensial pasca sinaps yang berlangsung lama (50 ms).
paroxysmal depolarization shift merangsang lepas muatan istrik yang berlebihan
pada neuron otak dan merangsang sel neuron lain untuk melepaskan muatan listrik
secara bersam-sama sehingga timbul hipereksitibilitas neuron otak.
paroxysmal depolarization shift diduga disebabkan oleh kemampuan membran
sel melepaskan muatan listrik yang berlebihan, berkurangnya inhibisi oleh
neurotransmiter asam gama amino butirat (GABA), atau meningkatnya eksitasi
sinaptik neurotrasmiter glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang
berulang.
Pada pasien dengan
epilepsi total, terdapat sekolompok sel neuron yang bertindak sebagai
pacemarker lepasnya muatan listrik disebut sebagai fokus epileptikus.
Sekelompok sel neuron ini akan merangsang sel sekitarnya untuk melepas muatan
listriknya. Keadaan ini merupakan transisi fokal interiktal atau gelombang paku
iktal pada elektroensefalografi. Menifestasi klinis bergantung pada luasnya sel
neuron yang tereksitasi. Pasien epileptikus umum pembentukan gelombang
paku ombak terjadi pada struktur
korteks. Terdapat penyebaran cepat proses eksitasi (spike) dan inhibisi
(gelombang ombak) pada kedua hemisfer otak mulai jars kortikoretikular dan
talamokortikal. Status epilepikus terjadi akibat proses eksitasi yang
berlebihan berlangsung terus menerus yang diikuti oleh proses inhibisi yang
tidak sempurna.
Keadaan
|
Kejang
|
Menyerupai Kejang
|
Onset
Lama serangan
Kesadaran
Sianosis
Gerakan ekstremitas
Stereotipik serangan
Lidah tergigit atau luka lain
Gerakan abnormal bola mata
Fleksi pasif ekstremitas
Dapat diprovokasi
Tahanan terhadap gerakan pasif
Bingung pasca serangan
Iktal EEG abnormal
Pasca iktal EEG abnormal
|
Tiba-tiba
Detik/menit
Sering terganggu
Sering
Sinkron
Selalu
Sering
Selalu
Gerakan tetap ada
Jarang
Jarang
Hampir selalu
Selalu
Selalu
|
Mungkin gradual
Beberapa menit
Jarang terganggu
Jarang
Asinkron
Jarang
Sangat jarang
Jarang
Gerakan hilang
Hampir selalu
Selalu
Tidak pernah
Hampir tidak pernah
Jarang
|
ANAMNESIS DAN
PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis
dan pemeriksaan fisik ditujukan untuk menemukan peneyebab kejang. Untuk itu,
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang diarahkan pada penyebab
kejang seperti yang telah disebutkan di atas. Pemeriksaan penunjang yang
dianjurkan pada penderita dengan kejang pertama adalah kadar glukosa darah,
elektrolit, dan darah rutin, mengingat 3 penyebab tersering kejang pada anak
kejang demam, infeksi, dan gangguan metabolik dan elektrolit.
Sekedar utnuk diketahui, International
League Against Epilepsy of Epileptic Seizure (ILAE) pada tahun 1981
kengklasifikasi kejang menjadi beberapa klasifikasi yaitu:
I.
Kejang parsial (fokal, lokal)
Kejang berasal dari satu fokus neuron. Sesekali fokus
terdapat pada lokasi kerusakan otak sebelumnya.
A. Kejang fokal sederhana (mengenai satu anggota tubuh
tertentu saja dan
kesadaran tidak terganggu)
kesadaran tidak terganggu)
B. Kejang
parsial kompleks (mengenai satu atau lebih anggota tubuh dan
kesadaran terganggu)
kesadaran terganggu)
C. Kejang
parsial yang menjadi umum (dari complex partial seizures lalu
berkembang menjadi kejang pada seluruh tubuh dan kesadaran terganggu)
berkembang menjadi kejang pada seluruh tubuh dan kesadaran terganggu)
II. Kejang umum
A. Absens
Hilangnya kesadaran yang berlangsung
singkat (30 detik atau kurang) dan gejalanya hampir tidak nyata/jelas.
Penderita tidak sampai jatuh ke tanah, biasanya tiba-tiba berhenti bergerak
atau berbicara, tatapannya kosong dan tidak memberikan respons terhadap
lingkungan sekitarnya. Saat serangan kejang usai, penderita kembali melakukan
aktivitas normalnya tanpa mengetahui apa yang telah terjadi dan tidak mengingat
episode kejangnya. Kejang jenis ini bukan disebabkan oleh kerusakan organik di
otak dan kecerdasan serta perilaku anak tetap normal.
B. Mioklonik
Kedutaan-kedutaan
involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi mendadak. Sering
terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila patologik, berupa
kedutaan-kedutaan sinkron dari leher, bahu, lengan atas dan kaki. Umumnya
berlangusung kurang dari 15 detik dan terjadi didalam kelompok.
C. Tonik
Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik
satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai
yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah
dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi
harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang
meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus
D. Klonik
Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3
detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan
biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh
kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh
ensepalopati metabolik.
E. Tonik-klonik
Serangan mayor secara klasik terdiri dari fase tonik
(spasme otot Kontinu) yang mungkin diawali dengan teriakan, dan jika berlarut,
bisa berlanjut menjadi sianosis: kemusian fase klonik (sentakan) yang dapat
berhubungan dengan menggigit lidah dan mulut berbusa: kemudian relaksasi,
kehilangan kesadaran, dan periode mengantuk/kebingungan. Anak-anak biasanya
tertidur setelah serangan.
F.
Atonik
Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat
menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk atau jatuh ke tanah..
Singkat, dan terjadi tanpa peringatan.
III.
Tidak dapat
diklasifikasi
Untuk penatalaksanaan kejang pada anak adalah sebagai
berikut:
Ø 0 - 5 menit:
1. Yakinkan bahwa aliran udara
pernafasan baik
2. Monitoring tanda vital,
pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikan oksigen
3. Bila keadaan pasien stabil,
lakukan anamnesis terarah, pemeriksaan umum dan neurologi secara cepat
4. Cari tanda-tanda trauma,
kelumpuhan fokal dan tanda-tanda infeksi
Ø 5 – 10
menit:
1.
Pemasangan akses intarvena
2.
Pengambilan darah untuk pemeriksaan:
darah rutin, glukosa, elektrolit
3.
Pemberian diazepam 0,2 – 0,5 mg/kgbb
secara intravena, atau diazepam rektal 0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5
mg; berat badan > 10 kg = 10 mg).
4.
Dosis diazepam intravena atau rektal
dapat diulang satu – dua kali setelah 5 – 10 menit.
5.
Jika didapatkan hipoglikemia,
berikan glukosa 25% 2ml/kgbb.
Ø 10 – 15
menit
1. Cenderung
menjadi status konvulsivus
2.
Berikan fenitoin 15 – 20 mg/kgbb
intravena diencerkan dengan NaCl 0,9%
3. Dapat
diberikan dosis ulangan fenitoin 5 – 10 mg/kgbb sampai maksimum dosis 30
mg/kgbb.
Ø 30 menit
1.
Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb,
dapat diberikan dosis tambahan 5-10 mg/kg dengan interval 10 – 15 menit.
2.
Pemeriksaan laboratorium sesuai
kebutuhan, seperti analisis gas darah, elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi
sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda tanda depresi pernafasan.
3.
Bila kejang masih berlangsung
siapkan intubasi dan kirim ke unit perawatan intensif.
DAFTAR PUSTAKA KEJANG
- Hendarto, S. 2005. Kejang Pada Anak. Yayasan Penerbit IDI Jakarta
- Lumbantobing, S.M. 2005. Kejang Demam. Balai Penerbot FKUI, Jakarta
- Soetomenggolo. 2007. Kejang Demam dan Penghentian Kejang. Jakarta
- IDAI. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Badan Penerbit IDAI, Jakarta
- Pedoman Penatalaksanaan Madik Anak. 1991. RSUP dr. Sardjito PENULIS Srikaton Kantiani, Bagian Ilmu Penyakit Anak, RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Dipublish Oleh : Veni Wulandari S.Ked
1 komentar:
Copas punya orang ni . dasar plagiat
Posting Komentar
Tinggalkan Kritik dan Saran yahh :)