DIARE AKUT PADA ANAK
Definisi
Diare akut
menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk
cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. Menurut Noerasid diare
akut ialah diare yang terjadi secara mendakak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Sedangkan American Academy of Pediatrics (AAP)
mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau
perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual,
muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 – 7 hari.
Klasifikasi
Menurut
patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,
sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat
diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan
osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan
menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat
adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post
vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.
Etiologi
Penyebab utama
oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan virus lainya
ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus. Bakteri
yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus,
Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli,
Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio
cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit
adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba
hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis
suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.
Patofisiologi
Patogenesis
terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui makanan
dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi
usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum
matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan
dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan
motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena
bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan
transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis
terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan
patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri
ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan
reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak
sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan
adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
Manifestasi kinis
Diare
menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit.
Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang
bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan dhidrasi berat bila penurunan
lebih dari 10%.
Derajat Dehidrasi
Gejala & Tanda
|
Keadaan Umum
|
Mata
|
Mulut/ Lidah
|
Rasa Haus
|
Kulit
|
% turun BB
|
Estimasi def. cairan
|
Tanpa Dehidrasi
|
Baik, Sadar
|
Normal
|
Basah
|
Minum Normal, Tidak Haus
|
Dicubit kembali cepat
|
< 5
|
50 %
|
Dehidrasi Ringan–Sedang
|
Gelisah Rewel
|
Cekung
|
Kering
|
Tampak Kehausan
|
Kembali lambat
|
5 – 10
|
50–100 %
|
Dehidrasi Berat
|
Letargik, Kesadaran Menurun
|
Sangat cekung dan kering
|
Sangat kering
|
Sulit, tidak bisa minum
|
Kembali sangat lambat
|
>10
|
>100 %
|
Sumber : Sandhu 2001
Penatalaksanaan
Pengantian
cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif diare
akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang
hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan
sebelumnya sebagai baku emas.
Pemberian
terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara oral
dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa
nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus
dengan pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah
hebat (severe vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau
kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral
tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun
sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan
gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral karena murah dan dapat
diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk
rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan
dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L Anak yang diare dan tidak
lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur.
a. Dehidrasi Ringan – Sedang
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian
oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara
intravena sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan
setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan
setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih
ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau
muntah.
Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar yang
perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang
pada anak, yaitu :
1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )
2. Cairan hipotonik
3. Rehidrasi oral cepat 3 – 4 jam
4. Realiminasi cepat dengan makanan normal
5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus
6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan
7. ASI diteruskan
8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )
9. Anti diare tidak diperlukan
b. Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi
dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma,
pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan
elektrolit parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO
diberikan sebagai berikut :
Usia <12 30ml="30ml" 70ml="70ml" bln:="bln:" jam="jam" kgbb="kgbb" selanjutnya="selanjutnya" span="span">12>
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan
penderita akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena
hanya menyangkut waktu yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan
diet sebagaimana biasanya. Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan
protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada pemberian
terapi cairan diusahakan agar penderita bila memungkinkan cepat mendapatkan
makanan / minuman sebagai biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang
tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum tetap dapat
dilanjutkan.
Pemilihan jenis
cairan
Cairan
Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok,
sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki renjatan
hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak
diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat
yang akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya
rendah dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL
dengan atau tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit
yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis cairan parenteral yang saat ini
beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan pengganti diare dengan
dehidrasi adalah Ka-EN 3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan osmolaliti
210 – 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 – 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi pada
diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.
|
Osmolalitas(mOsm/L)
|
Glukosa(g/L)
|
Na+(mEq/L)
|
CI-(mEq/L)
|
K+(mEq/L)
|
Basa(mEq/L)
|
NaCl 0,9 %
|
308
|
-
|
154
|
154
|
-
|
-
|
NaCl 0,45
%+D5
|
428
|
50
|
77
|
77
|
-
|
-
|
NaCl
0,225%+D5
|
253
|
50
|
38,5
|
38,5
|
-
|
-
|
Riger Laktat
|
273
|
-
|
130
|
109
|
4
|
Laktat 28
|
Ka-En 3B
|
290
|
27
|
50
|
50
|
20
|
Laktat 20
|
Ka-En 3B
|
264
|
38
|
30
|
28
|
8
|
Laktat 10
|
Standard
WHO-ORS
|
311
|
111
|
90
|
80
|
20
|
Citrat 10
|
Reduced
osmalarity WHO-ORS
|
245
|
70
|
75
|
65
|
20
|
Citrat 10
|
EPSGAN
recommendation
|
213
|
60
|
60
|
70
|
20
|
Citrat 3
|
Komposisi cairan Parenteral dan Oral
Mengobati kausa Diare
Tidak ada bukti klinis dari anti
diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis. Obat anti diare hanya
simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki kehilangan
air dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.
Antibiotik yang tidak diserap usus seperti streptomisin, neomisin,
hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan menyebabkan
malabsorpsi. Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik
hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella,
karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali
pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena
bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi
yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau
menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis.
Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis
obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi
Beberapa antimikroba yang sering
dipakai antara lain
Kolera :
Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4
dosis (2 hari)
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4
dosis (3 hari)
Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari
Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari
dibagi 4 (5 hari)
Amebiasis:
Metronidasol 30mg/kg/hari dibari
4 dosis 9 5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro
emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi
(untuk semua umur)
Probiotik
Probiotik
merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan
cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna
sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut
bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatn
diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian
antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan
travellers,s diarrhea.
Terdapat banyak
laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut pada anak.
Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif dalam
pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3
lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian
sebanyak 1 – 2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare
adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba
terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada
anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus
dan imunno modulasi.
Mikronutrien
Dasar pemikiran
pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut didasarkan kepada efeknya
terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan
terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare. Seng telah
dikenali berperan di dalam metallo – enzymes, polyribosomes , selaput sel, dan
fungsi sel, juga berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan.
Bhandari dkk mendapatkan pemberian
vitamin A 60mg dibanding dengan plasebo selama diare akut dapat menurunkan
beratnya episode dan risiko menjadi diare persisten pada anak yang tidak
mendapatkan ASI tapi tidak demikian pada yang mendapat ASI.
Menanggulangi
Penyakit Penyerta
Anak yang
menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga dalam
menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa
penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain :
infeksi saluran nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih,
infeksi sistemik lain (sepsis,campak ), kurang gizi, penyakit jantung dan
penyakit ginjal.
Kesimpulan
Diare masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena masih
tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama diare akut adalah
infeksi Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotika. Pemakaian antibitika hanya untuk kasus-kasus
yang diindikasikan. Masalah utama diare akut pada anak berkaitan dengan risiko
terjadinya dehidrasi. Upaya rehidrasi menggunakan cairan rehidrasi oral
merupakan satu-satunya pendekatan terapi yang paling dianjurkan. Penggantian cairan
dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi diare akut. Pemakaian
anti sekretorik,probiotik, dan mikronutrien dapat memperbaiki frekuensi dan
lamanya diare. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian makanan atau
nutrisi yang cukup selama diare dan mengobati penyakit penyerta.
DAFTAR PUSTAKA
DIARE
- Rohim A, Soebijanto MS.Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu penyakit anak diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1 Jakarta 2002 Selemba Medika hal 93-103.
- Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna.dalam Sari pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001
- Sandhu BK. Pratical guideline for the management of gastroenteritis in children J Ped Gastroenterol Nutr 2001;33:S36-9
- Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003.
- Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 : Salemba Medika hal 73-103.
- Hegar B, Kadim M. Tatalaksana diare akut pada anak dalam Majalah kesehatan Kedokteran indonsia Vol 1 No 06,2003
DiPublish Oleh : Veni Wulandari S.Ked
1 komentar:
informasi yang bermanfaat, terimakasih banyak..
Posting Komentar
Tinggalkan Kritik dan Saran yahh :)