Orang biasanya cenderung mengkaitkan setiap keluhan di lambung dengan gastritis atau sakit maag. Padahal tidak selalu setiap gangguan atau keluhan di lambung disebut Gastritis.
Bisa saja keluhan tersebut memang Gastritis (=ada luka atau inflamasi pada permukaan lambung) atau bisa saja hanya Sindrom Dispepsi / Dispepsia. Nama yang kurang populer memang dibandingkan Gastritis.
Tak kenal maka tak sayang, sebaiknya kita berkenalan dulu dengan Dispepsia ini. . .
Yang dimaksud dengan Dispepsia adalah sekumpulan keluhan atau gejala yang berhubungan dengan rasa tidak enak/ nyeri pada perut bagian atas, keluhan cenderung menetap atau sering kambuh. Dispepsia sendiri terbagi dua yaitu Organik dan Non-Organik (=Fungsional).
Dispepsia Organik disebut demikian karena keluhan berhubungan dengan kelainan organik, seperti pada nyeri Ulkus peptik, pada pankreatitis kronik (inflamasi pada pankreas), gangguan metabolik pada penderita kencing manis/Diabetes Mellitus, atau pada pengguna obat Anti Inflamasi non Steroid (e.g Aspirin).
Pada Dispepsia Fungsional / Non-Organik keluhan jarang disebabkan oleh kelainan organik, misalnya pada pasien yang memang lambungnya terlalu sensitif (=Hipersensitivitas Gaster atau Duodenum), Gastritis karena kuman H.pylori atau juga disebabkan faktor psikososial, misalnya stress.
Keluhan atau gejala yang sering timbul pada Dispepsia :
1. Nyeri pada bagian perut kiri atas.
2. Nyeri hilang setelah perut diisi makanan atau setelah minum Antasida.
3. Nyeri timbul saat lapar.
4. Perasaan mudah kenyang/ perut terasa cepat penuh bila makan.
5. Mual atau muntah.
6. Upper abdominal bloating atau kembung, banyak gas / sering sendawa.
7. Rasa tak nyaman bila makan.
Gejala no 1-3 disebut keluhan ulcus like dyspepsia sedang gejala no 4-7 disebut dismotilitas like dyspepsia.
Tapi sebagus apa pun namanya, pasti ga penting karena 2-2nya gak enak !
Pengobatan untuk Dispepsia juga mirip dengan Gastritis.
Bisa diberikan Antasida untuk menetralisir Asam lambung (beredar dengan merk dagang Promag, Magtral, Gastrucid dst ) tapi pemakaian obat seperti ini hanya untuk waktu singkat, karena pada pemakaian terus menerus & waktu lama bisa menyebabkan diare. (=mencret, bukan buku harian )
Juga bisa diberikan Obat golongan Agonis reseptor H2 , contohnya Simetidin, Ranitidin, Famotidin dan teman-temannya.
Kalau punya budget lebih, obat yang lebih ‘tokcer’ seperti Omeprazol juga direkomendasikan, selain itu pemakaian obat golongan ini cukup 1 x per hari, sehingga membuat pasien lebih ‘patuh’ minum obat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Kritik dan Saran yahh :)